Akhir-akhir ini, sedang
marak digunakannya panel surya, terutama sebagai sumber energi yang terbarukan
pengganti bahan bahak fosil. Penggunaan panel surya sangat banyak sekali
manfaatnya, contohnya adalah mengurangi polusi udara akibat pembakaran bahan
bakar fosil, menghasilkan energy dengan biaya yang murah dan merupakan investasi
jangka panjang, serta tidak menimbulkan polusi suara (tanpa suara), tidak
seperti pembangkit-pembangkit listrik yang lain. Namun dari sekian banyaknya
manfaat yang ada, panel surya ternyata memiliki dampak negatif, terutama bagi
lingkungan.
Yang
pertama, panel surya membutuhkan lahan yang luas. Dari data yang diperoleh dari
situs resmi Itjen ESDM pada tahun 2013, panel surya yang memiliki keefisienan
15-20% membutuhkan lahan seluas 1,2 hektar untuk menghasilkan energi sebesar 1
MW yang dimana 1 unit PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi) di Kamojang
dapat menghasilkan energy sebesar 55 MV.
Yang
kedua, panel surya dapat berbahaya bagi lalu lintas udara. Panel surya tidak dapat
menyerap sinar matahari secara menyeluruh. Sinar matahari yang tidak terserap
tersebut terpantul dan terkosentrasi ke atas. Sinar yang dipantulkan tersebut
sangatlah panas dan mengganggu lingkungan sekitar, terutama ekosistem udara.
Sinar yang panas tersebut dapat membuat hewan-hewan yang terkena sinar pantulan
panel surya mati kepanasan. Selain mengganggu ekosistem udara, panel surya juga
dapat jalur penerbangan pesawat-pesawat yang lewat.
Yang
ketiga, panel surya dapat mengurangi pasokan air yang ada. Sistem tenaga surya
seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) memerlukan air untuk pembersihan
konsentrator dan reciever secara rutin, begitu juga dengan pendinginan turbin
dan generator sehingga air yang dibutuhkan untuk pengoprasian dan pemeliharaan
panel surya jumlahnya besar. Walau system tenaga surya menggunakan sumber air
bawah tanah untuk mengurangi penggunaan air permukaan yang ada, akan tetapi penggunaan
sumber air bawah tanah dapat mempengaruhi ekosistem di beberapa lokasi yang
gersang karena makhluk hidup yang ada di gurun menggunakan sumber air bawah tanah,
contohnya kaktus.
Dan
yang terakhir, panel surya bersifat beracun. Sementara sistem tenaga surya
mungkin tidak menghasilkan sisa pembakaran dan gas rumah kaca selama menghasiilkan
energy (listrik), akan tetapi pada proses manufaktur (pembuatan) panel surya
menggunakan beberapa bahan beracun sperti polysilicon. Untuk setiap ton
polysilicon yang dibuat, yaitu bahan yang membentuk jantung panel surya,
menciptakan empat ton silikon tetraklorida beracun. Selain itu, pembuatan panel
surya menggunakan sesuatu yang disebut tetrafluoride nitrogen, yang merupakan
gas rumah kaca 17.000 kali lebih kuat daripada karbon dioksida. Jika panel
surya rusak dan limbahnya tidak diproses dengan baik maka kerusakan lingkungan
tidak dapat terhindarakan.
Penanggulangan
Dari semua
dampak negatif yang ada, penanggulangan dan penanganan perlu dilakukan. Untuk
sekarang penanggulangan untuk mengurangi luas penggunaan lahan penggunaan panel
surya masih sulit dicapai dikarenakan efisiensi penyerapan energi panel surya
yang masih rendah menjadi salah satu faktornya, terutama untuk menghasilkan energi
yang ramah lingkungan. Begitu pula untuk pengurangan bahan beracun dalam
pembuatan panel surya, karena untuk membuat panel surya dengan efisiensi
tertinggi sekarang (20%-30%) tetap menggunakan bahan-bahan yang beracun. Langkah
terbaik yang dapat kita lakukan adalah dengan mengolah limbah panel surya
sebaik-baiknya. Untuk masalah pantulan cahaya panel surya, dapat dilakukan
pengkonsentrasian cahaya yang panas tersebut ke suatu titik untuk menghasilkan
energi panas, sehingga energy panas itu akan menggerakan turbin dan
menghasilkan energi listrik. Hal ini dapat dicontoh seperti pembangkit listrik
tenaga surya dan panas di Australia, yang mencetak rekor dunia untuk efisiensi
energi surya dengan memanfaatkan cahaya matahari dan pantulan sinar matahari
yang panas. Untuk pengurangan penggunaan air sediri dapat dilakukan dengan
mendaur ulang air yang digunakan untuk merawat panel sehingga dapat digunakan
kembali untuk membersihkan dan mendinginkan generator lagi.
Pandangan
Kedepan
Walaupun
panel surya memiliki dampak negatif, akan tetapi dampak positif yang dihasilkan
lebih banyak. Penggunaan panel surya sebagai penghasil energi yang terbarukan
dan ramah lingkungan tidaklah sirna begitu saja karena kedepannya pasti ada
pengembangan yang dilakukan oleh para penelti yang membuat efisiensi penyerapan
energi oleh panel surya naik dalam beberapa tahun mendatang, sehingga penggunaan
lahan untuk PLTS menghasilkan energi lebih maksimal. Dan juga kedepannya bahan
pembuatan dan penanganan limbah panel surya akan menjadi lebih baik sehingga
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Daftar Pustaka
Hamid, R. (2014, Oktober 6). Energi Surya dan
Dampaknya Pada Lingkungan. Retrieved from IndoEnergi web site:
http://www.indoenergi.com/2012/07/energi-surya-dan-dampaknya-pada.html
Hikmat. (2016, Juni 22). Bagaimana Dampak Sumber
Tenaga Surya Pada Lingkungan. Retrieved from Klik SMA Web Site:
http://kliksma.com/2015/10/bagaimana-dampak-sumber-tenaga-surya-pada-lingkungan.html
Husein, M. (2013, Febuari 25). Peresmian Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS), Karangasem dan Bangli oleh Menteri ESDM di
Provinsi Bali. Retrieved from Itjen ESDM:
http://www.itjen.esdm.go.id/index.php/arsip-berita/18-peresmian-pembangkit-listrik-tenaga-surya-plts-karangasem-dan-bangli-oleh-menteri-esdm-di-provinsi-bali
Rahmawati, D. (2015, April 2). PANEL SURYA DAN
MANFAAT PANEL SURYA. Retrieved 2016, from Dwi Rahmawati Web site:
https://dwirahmawati41.wordpress.com/2015/04/02/panel-surya-dan-manfaat-panel-surya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar