Jumat, 09 Desember 2016

Dampak Negatif Panel Surya Terhadap Lingkungan



Akhir-akhir ini, sedang marak digunakannya panel surya, terutama sebagai sumber energi yang terbarukan pengganti bahan bahak fosil. Penggunaan panel surya sangat banyak sekali manfaatnya, contohnya adalah mengurangi polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil, menghasilkan energy dengan biaya yang murah dan merupakan investasi jangka panjang, serta tidak menimbulkan polusi suara (tanpa suara), tidak seperti pembangkit-pembangkit listrik yang lain. Namun dari sekian banyaknya manfaat yang ada, panel surya ternyata memiliki dampak negatif, terutama bagi lingkungan.
            Yang pertama, panel surya membutuhkan lahan yang luas. Dari data yang diperoleh dari situs resmi Itjen ESDM pada tahun 2013, panel surya yang memiliki keefisienan 15-20% membutuhkan lahan seluas 1,2 hektar untuk menghasilkan energi sebesar 1 MW yang dimana 1 unit PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi) di Kamojang dapat menghasilkan energy sebesar 55 MV.
            Yang kedua, panel surya dapat berbahaya bagi lalu lintas udara. Panel surya tidak dapat menyerap sinar matahari secara menyeluruh. Sinar matahari yang tidak terserap tersebut terpantul dan terkosentrasi ke atas. Sinar yang dipantulkan tersebut sangatlah panas dan mengganggu lingkungan sekitar, terutama ekosistem udara. Sinar yang panas tersebut dapat membuat hewan-hewan yang terkena sinar pantulan panel surya mati kepanasan. Selain mengganggu ekosistem udara, panel surya juga dapat jalur penerbangan pesawat-pesawat yang lewat.
            Yang ketiga, panel surya dapat mengurangi pasokan air yang ada. Sistem tenaga surya seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) memerlukan air untuk pembersihan konsentrator dan reciever secara rutin, begitu juga dengan pendinginan turbin dan generator sehingga air yang dibutuhkan untuk pengoprasian dan pemeliharaan panel surya jumlahnya besar. Walau system tenaga surya menggunakan sumber air bawah tanah untuk mengurangi penggunaan air permukaan yang ada, akan tetapi penggunaan sumber air bawah tanah dapat mempengaruhi ekosistem di beberapa lokasi yang gersang karena makhluk hidup yang ada di gurun menggunakan sumber air bawah tanah, contohnya kaktus.
            Dan yang terakhir, panel surya bersifat beracun. Sementara sistem tenaga surya mungkin tidak menghasilkan sisa pembakaran dan gas rumah kaca selama menghasiilkan energy (listrik), akan tetapi pada proses manufaktur (pembuatan) panel surya menggunakan beberapa bahan beracun sperti polysilicon. Untuk setiap ton polysilicon yang dibuat, yaitu bahan yang membentuk jantung panel surya, menciptakan empat ton silikon tetraklorida beracun. Selain itu, pembuatan panel surya menggunakan sesuatu yang disebut tetrafluoride nitrogen, yang merupakan gas rumah kaca 17.000 kali lebih kuat daripada karbon dioksida. Jika panel surya rusak dan limbahnya tidak diproses dengan baik maka kerusakan lingkungan tidak dapat terhindarakan.

Penanggulangan
          Dari semua dampak negatif yang ada, penanggulangan dan penanganan perlu dilakukan. Untuk sekarang penanggulangan untuk mengurangi luas penggunaan lahan penggunaan panel surya masih sulit dicapai dikarenakan efisiensi penyerapan energi panel surya yang masih rendah menjadi salah satu faktornya, terutama untuk menghasilkan energi yang ramah lingkungan. Begitu pula untuk pengurangan bahan beracun dalam pembuatan panel surya, karena untuk membuat panel surya dengan efisiensi tertinggi sekarang (20%-30%) tetap menggunakan bahan-bahan yang beracun. Langkah terbaik yang dapat kita lakukan adalah dengan mengolah limbah panel surya sebaik-baiknya. Untuk masalah pantulan cahaya panel surya, dapat dilakukan pengkonsentrasian cahaya yang panas tersebut ke suatu titik untuk menghasilkan energi panas, sehingga energy panas itu akan menggerakan turbin dan menghasilkan energi listrik. Hal ini dapat dicontoh seperti pembangkit listrik tenaga surya dan panas di Australia, yang mencetak rekor dunia untuk efisiensi energi surya dengan memanfaatkan cahaya matahari dan pantulan sinar matahari yang panas. Untuk pengurangan penggunaan air sediri dapat dilakukan dengan mendaur ulang air yang digunakan untuk merawat panel sehingga dapat digunakan kembali untuk membersihkan dan mendinginkan generator lagi.

Pandangan Kedepan
            Walaupun panel surya memiliki dampak negatif, akan tetapi dampak positif yang dihasilkan lebih banyak. Penggunaan panel surya sebagai penghasil energi yang terbarukan dan ramah lingkungan tidaklah sirna begitu saja karena kedepannya pasti ada pengembangan yang dilakukan oleh para penelti yang membuat efisiensi penyerapan energi oleh panel surya naik dalam beberapa tahun mendatang, sehingga penggunaan lahan untuk PLTS menghasilkan energi lebih maksimal. Dan juga kedepannya bahan pembuatan dan penanganan limbah panel surya akan menjadi lebih baik sehingga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.


Daftar Pustaka
Hamid, R. (2014, Oktober 6). Energi Surya dan Dampaknya Pada Lingkungan. Retrieved from IndoEnergi web site: http://www.indoenergi.com/2012/07/energi-surya-dan-dampaknya-pada.html
Hikmat. (2016, Juni 22). Bagaimana Dampak Sumber Tenaga Surya Pada Lingkungan. Retrieved from Klik SMA Web Site: http://kliksma.com/2015/10/bagaimana-dampak-sumber-tenaga-surya-pada-lingkungan.html
Husein, M. (2013, Febuari 25). Peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Karangasem dan Bangli oleh Menteri ESDM di Provinsi Bali. Retrieved from Itjen ESDM: http://www.itjen.esdm.go.id/index.php/arsip-berita/18-peresmian-pembangkit-listrik-tenaga-surya-plts-karangasem-dan-bangli-oleh-menteri-esdm-di-provinsi-bali
Rahmawati, D. (2015, April 2). PANEL SURYA DAN MANFAAT PANEL SURYA. Retrieved 2016, from Dwi Rahmawati Web site: https://dwirahmawati41.wordpress.com/2015/04/02/panel-surya-dan-manfaat-panel-surya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar